
Seorang penyelam asal Kanada, John Roney, baru-baru ini berhasil merekam sebuah spesies makhluk purba yang mendiami perairan Pulau Komodo, Indonesia. Namun, perlu diluruskan bahwa makhluk yang didokumentasikan ini bukanlah ikan, melainkan ular laut jenis marine file snake (Acrochordus granulatus). Penemuan ini menarik perhatian karena sifat purba dan kemampuan kamuflase unik yang dimiliki ular tersebut.
John Roney membagikan hasil pengamatannya melalui unggahan di media sosial, menunjukkan ular laut yang bergerak perlahan di dasar laut dan sekilas menyerupai gumpalan alga yang melayang. Menurut Roney, salah satu ciri khas favoritnya dari ular ini adalah kamuflasenya yang luar biasa. Kulitnya yang kasar memungkinkan alga tumbuh di permukaannya, menciptakan pola hijau berbintik yang menyatu sempurna dengan lingkungan mangrove dan padang lamun, menjadikannya pemangsa penyergap yang tangguh.
Spesies Acrochordus granulatus termasuk hewan akuatik penuh yang bernapas menggunakan paru-paru, sehingga perlu muncul ke permukaan untuk mengambil udara, mirip dengan mamalia laut. Ular ini berbeda dengan kelompok ular laut sejati yang hidup di Samudra Indo-Pasifik, dan beberapa jenis marine file snake diketahui merupakan spesies purba yang masih eksis hingga saat ini. Habitatnya berada di perairan sepanjang wilayah pesisir Asia Tenggara, Australia utara, dan pulau-pulau sekitarnya, serta dapat ditemukan di kedalaman 4 hingga 20 meter. Secara fisik, Acrochordus granulatus memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan keluarga Acrochordus lainnya, dengan warna abu-abu, kecoklatan, atau garis-garis putih atau kuning. Kulitnya yang longgar dan bersisik bertekstur membantu mereka berenang, menghalangi predator, serta mencengkeram dan mencekik mangsanya.
Di sisi lain, diskusi mengenai "ikan purba" di perairan Indonesia juga kerap mengarah pada penemuan Coelacanth. Spesies ikan purba Coelacanth (Latimeria menadoensis), yang dijuluki "fosil berjalan", telah ditemukan di perairan Maluku Utara, bukan di perairan Pulau Komodo. Penemuan Coelacanth di Maluku Utara ini didokumentasikan oleh tim peneliti gabungan pada kedalaman 30-150 meter pada Oktober 2024. Ikan ini diyakini telah hidup sejak 400 juta tahun lalu dan merupakan salah satu hewan bertulang belakang laut paling penting secara evolusioner karena garis keturunannya lebih dekat dengan vertebrata darat. Penemuan ini menggarisbawahi kekayaan keanekaragaman hayati laut dalam di Indonesia dan pentingnya upaya konservasi.