
Pemerintah Indonesia meluncurkan program ambisius "SMK Go Global" yang menargetkan pengiriman 500 ribu lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk bekerja di luar negeri pada tahun 2026. Inisiatif ini digagas atas arahan langsung Presiden Prabowo Subianto dengan tujuan mengatasi tingginya angka pengangguran lulusan SMK di dalam negeri serta memanfaatkan peluang kerja global yang terbuka lebar bagi tenaga terampil.
Dari total target 500 ribu pekerja migran, sebanyak 300 ribu di antaranya akan berasal dari lulusan SMK, sementara 200 ribu sisanya ditujukan bagi masyarakat umum, termasuk siswa SMK yang masih menempuh pendidikan. Program ini dimulai dengan proyek percontohan pada akhir tahun 2025 yang akan memberangkatkan 500 lulusan SMK. Anggaran sebesar Rp 2,6 miliar telah disiapkan untuk mendukung keberangkatan 500 peserta program pada fase awal di akhir tahun 2025 tersebut, dengan harapan anggaran yang lebih besar akan dialokasikan untuk tahun 2026.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar menjelaskan bahwa program jangka pendek ini akan memberikan beasiswa dan kesempatan bagi lulusan SMK dan SMA dengan kompetensi tinggi untuk bekerja di luar negeri dengan gaji yang layak. Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden untuk menempatkan tenaga kerja yang profesional, bukan hanya buruh kasar.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menambahkan bahwa pihaknya telah merinci per kompetensi dan memetakan profil negara penempatan beserta sektor-sektor pekerjaannya. Negara-negara tujuan utama yang telah menunjukkan minat tinggi terhadap tenaga kerja terampil Indonesia meliputi Jerman, Turki, dan Jepang. Selain itu, peluang juga terbuka di negara lain seperti Rumania, Belanda, Taiwan, Brunei Darussalam, Austria, Swiss, Arab Saudi, Slovakia, Singapura, Kanada, Kroasia, Bulgaria, dan Korea Selatan.
Sektor-sektor yang menjadi fokus meliputi pengelasan (welder), perhotelan (hospitality), perawatan (caregiver), perawat, manufaktur, dan pengemudi truk. Para calon pekerja migran akan dibekali dengan pelatihan pra-keberangkatan intensif, peningkatan kompetensi teknis, kemampuan bahasa asing, dan komunikasi lintas budaya agar siap bersaing di pasar kerja global. Pelatihan akan dilaksanakan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah dan BLK komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri P2MI Christina Aryani juga menegaskan pentingnya revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi untuk menyiapkan tenaga terampil yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja global, terutama dalam mengisi target penempatan 500 ribu pekerja migran Indonesia. Program ini diharapkan menjadi solusi strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan memperluas kesempatan kerja di tingkat global, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045. Selain penempatan, pemerintah juga tengah menyiapkan "grand design" baru untuk memperkuat sistem perlindungan pekerja migran dari hulu hingga hilir, termasuk pembaruan regulasi.