:strip_icc()/kly-media-production/medias/5389335/original/009729900_1761194562-jcomp__2_.jpg)
Peran ayah dalam mendidik anak laki-laki merupakan fondasi krusial yang membentuk jiwa dan karakter seorang individu. Dalam perspektif Islam, ayah adalah pemimpin, teladan, sekaligus sahabat pertama yang memiliki tanggung jawab besar bukan hanya dalam mencari nafkah, tetapi juga dalam membimbing spiritual dan moral anak. Banyak penelitian modern menggarisbawahi pentingnya keterlibatan ayah yang aktif dalam tumbuh kembang anak, terutama anak laki-laki, untuk menciptakan pribadi yang stabil, mandiri, dan percaya diri.
Menurut ajaran Islam, ayah diibaratkan sebagai "qawwam" atau pemimpin keluarga, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 34. Ayat ini menegaskan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, tidak hanya dalam urusan materi tetapi juga spiritual dan moral. Rasulullah SAW juga bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya." (HR. Bukhari, No. 893) Hadis lain menekankan, "Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik." (HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim) Hal ini menunjukkan bahwa peran ayah sebagai pendidik utama sangat ditekankan.
Ayah sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk menanamkan prinsip hidup yang kelak menjadi pegangan anak dalam menentukan sikap. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, keberanian, dan ketekunan banyak diperoleh anak dari figur ayah. Seorang anak laki-laki membutuhkan figur pria yang bisa dijadikan panutan dalam berperilaku. Tanpa kehadiran ayah, anak berisiko mencari sosok lain di luar rumah yang belum tentu memberikan contoh terbaik. Ini membentuk identitas diri yang kokoh dan memengaruhi cara anak bersikap terhadap keluarga, teman, hingga saat ia dewasa dan berumah tangga.
Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak terbukti dapat membentuk karakter yang lebih stabil, mandiri, dan percaya diri. Anak laki-laki yang mendapat teladan baik dari ayahnya cenderung tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara emosional. Kombinasi antara empati ibu dan ketegasan ayah dapat menghasilkan keseimbangan yang ideal dalam diri anak. Para psikolog menjelaskan bahwa ayah yang hadir secara emosional dapat membantu perkembangan regulasi emosi anak, membuat anak laki-laki lebih memahami cara mengelola amarah, kecewa, atau kegagalan sejak kecil. Anak-anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan cenderung memiliki kontrol internal yang lebih baik, kemampuan inisiatif, dan kontrol diri, serta jarang menunjukkan perilaku impulsif. Mereka juga memiliki resiliensi emosional yang lebih baik dalam menghadapi tekanan hidup di masa dewasa. Keterlibatan ayah juga dapat mendorong peningkatan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif anak, serta memiliki keterampilan kognitif dan harga diri yang tinggi.
Al-Quran mencatat banyak kisah inspiratif mengenai peran ayah dalam membimbing anak-anaknya. Contoh nyata adalah kisah Luqman yang mendidik anaknya dengan lembut, mengajarkan tauhid dan kesabaran terhadap apa yang menimpa. Nabi Ibrahim AS juga menjadi teladan dengan keteguhan iman dan pengorbanannya, serta bagaimana beliau berdiskusi dengan putranya, Nabi Ismail AS. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah contoh terbaik, yang penuh kasih sayang kepada anak dan cucunya, namun tetap tegas dalam menegakkan ajaran Allah, menunjukkan bahwa bermain dan bercanda dengan anak tidak mengurangi wibawa seorang ayah.
Namun, fenomena kurangnya peran ayah atau "fatherless" menjadi kekhawatiran di masyarakat. Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan dan kehangatan dari sosok ayah akan mudah mengalami kecemasan, kompetensi sosial lemah, dan harga diri rendah. Mereka juga berisiko mengalami krisis identitas maskulinitas, kesulitan memahami peran gender, dan perilaku menyimpang atau kenakalan remaja, seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga pergaulan bebas. Faktor budaya patriarki yang menempatkan pengasuhan dominan pada ibu dan kesibukan ayah bekerja sering menjadi penyebab minimnya keterlibatan ini.
Oleh karena itu, peran ayah dalam mendidik anak laki-laki tidak hanya sebatas mencari nafkah, tetapi juga hadir dan terlibat secara aktif dalam setiap proses tumbuh kembang anak. Ini mencakup menyediakan pendidikan yang layak, baik formal maupun informal, menanamkan nilai-nilai keimanan, mengajak beribadah bersama, berdiskusi, dan menjadi teladan dalam setiap perilaku. Kesadaran akan peran ayah yang vital ini menjadi kunci untuk membangun generasi penerus yang kuat, jujur, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman sesuai dengan nilai-nilai Islam.