
Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia sedang menyiapkan terobosan besar dalam program Beasiswa Patriot, membuka peluang bagi para penerimanya untuk mengejar gelar ganda (double degree) di universitas-universitas terkemuka di luar negeri. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya transformasi untuk mencetak sumber daya manusia unggul yang siap berkontribusi dalam pembangunan kawasan transmigrasi dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai daerah.
Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, mengungkapkan bahwa skema double degree ini akan mulai berlaku tahun depan, menargetkan 1.000 mahasiswa terbaik dari seluruh Indonesia. Program ini dirancang untuk memastikan lulusan sarjana memiliki wawasan global sekaligus semangat pengabdian dalam membangun kawasan transmigrasi secara menyeluruh dan bermartabat.
Salah satu kerja sama internasional yang telah terjalin adalah dengan Technical University of Munich (TUM), Jerman. Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang menjadi mitra utama di Indonesia, dengan Rektor Undip, Suharnomo, menyatakan kesiapan kampusnya mendukung penuh program ini. Undip telah menyiapkan 14 program studi yang relevan, termasuk Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) yang akan berkesempatan meraih gelar ganda dari Undip dan TUM. Selain itu, Kementerian Transmigrasi juga menjajaki kolaborasi dengan Universitas Ehime di Jepang untuk jenjang S2 yang berfokus pada bidang sains, pertanian, dan teknik.
Beasiswa Patriot ini terbuka untuk jenjang D4, S1, S2, dan S3, dengan prioritas utama diberikan kepada mereka yang berlatar belakang teknik, pertanian, dan kesehatan. Selain beasiswa reguler, pemerintah juga akan mengalokasikan 30 hingga 60 persen kuota bagi anggota Komponen Cadangan (Komcad), sebagai upaya memperkuat semangat bela negara dan karakter patriotik generasi muda.
Penerima beasiswa akan menikmati berbagai fasilitas, termasuk biaya pendidikan penuh, tunjangan hidup bulanan yang disebut-sebut lebih tinggi dari LPDP, serta asuransi kesehatan. Sebelum diberangkatkan ke kampus, para penerima beasiswa akan menjalani serangkaian persiapan fisik, mental, karakter, dan intelektual, termasuk tinggal selama tiga bulan di kawasan transmigrasi bersama penduduk setempat. Setelah menyelesaikan studi, mereka diwajibkan menjalani ikatan dinas selama periode tertentu sebagai bentuk pengabdian, dengan penempatan kembali di 154 kawasan transmigrasi prioritas, seperti Barelang di Batam, Salor di Merauke, serta wilayah di Sulawesi Tengah atau Sulawesi Barat. Lamanya masa pengabdian bisa mencapai minimal 10 tahun untuk beberapa program.
Proses seleksi Beasiswa Patriot akan melalui tahap tes akademik, psikologi, kesehatan, dan wawancara yang ketat untuk mendapatkan kandidat terbaik. Pendaftaran untuk program ini diperkirakan akan dibuka pada Januari 2026, dengan tahapan tes dijadwalkan antara April hingga Juni 2026. Harapannya, program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas individu, tetapi juga membuka peluang kolaborasi riset dan inovasi antarnegara yang berkelanjutan, menciptakan agen perubahan yang unggul secara intelektual dan berkomitmen membangun bangsa.