Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

DPR: Vokasi Mendunia Kunci Tekan Pengangguran, Asalkan Kualitas Lulusan Terjamin

2025-11-21 | 12:22 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-21T05:22:34Z
Ruang Iklan

DPR: Vokasi Mendunia Kunci Tekan Pengangguran, Asalkan Kualitas Lulusan Terjamin

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menilai program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Go Global memiliki potensi besar untuk menekan angka pengangguran di Indonesia, khususnya di kalangan lulusan SMK, dengan beberapa syarat krusial yang harus dipenuhi. Anggota Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menekankan bahwa negara tidak bisa tinggal diam terhadap stigma lulusan SMK sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi. Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat juga mendukung penuh peningkatan kualitas sekolah vokasi sebagai upaya menekan angka pengangguran dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK mencapai 8,00 persen, menjadi yang tertinggi dibandingkan lulusan SMA (6,35 persen) dan perguruan tinggi (D4/S1/S2/S3) sebesar 6,23 persen. Per Agustus 2024, TPT lulusan SMK tercatat 8,62 persen. Bahkan per Agustus 2025, meskipun angka pengangguran nasional turun, kelompok lulusan SMK masih mencatat tingkat pengangguran terbuka tertinggi. Diperkirakan sekitar 1,6 juta lulusan SMK saat ini belum terserap dunia kerja, sebuah kondisi yang dinilai ironis mengingat tujuan pendirian SMK adalah mencetak tenaga kerja terampil.

Merespons kondisi ini, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Abdul Muhaimin Iskandar, yang akrab disapa Cak Imin, menggagas program "SMK Go Global". Program ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja Indonesia yang berdaya saing global, memberikan jaminan pendapatan yang layak, dan sekaligus menekan angka pengangguran dari lulusan SMK. Pemerintah telah menyiapkan anggaran senilai Rp 2,6 triliun untuk mendukung pelaksanaan tahap awal program ini, dengan target memberangkatkan 500.000 lulusan SMK untuk bekerja ke luar negeri pada akhir tahun 2025, dan target 500 ribu pekerja migran pada tahun 2026.

Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada beberapa "asalkan". Salah satu syarat utama adalah penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa, sebelumnya menyoroti belum adanya keselarasan antara lulusan SMK dengan dunia kerja nasional. Jurusan-jurusan di SMK harus mempertimbangkan permintaan pasar, bukan hanya minat semata, dan kolaborasi dengan dunia industri menjadi keharusan. Ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri masih menjadi faktor utama tingginya angka pengangguran lulusan SMK.

Selain itu, peningkatan program magang dan sertifikasi kompetensi sangat diperlukan. Lulusan yang mendaftar program SMK Go Global akan diberikan pelatihan keahlian tambahan di Tanah Air yang sesuai dengan standar dan kebutuhan negara tujuan, serta pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyelaraskan keterampilan mereka dengan standar internasional. Peningkatan pelatihan bagi para guru sekolah vokasi juga harus ditingkatkan agar wawasan dan keahlian mereka termutakhirkan.

Penyediaan sarana dan prasarana latihan kerja di sekolah vokasi harus mengikuti perkembangan dunia usaha terkini, karena beberapa sarpras yang ada dinilai sudah berumur dan tidak up to date. Aspek kemampuan berbahasa juga menjadi kebutuhan dasar sejak dini bagi calon siswa yang akan bekerja di luar negeri.

Sinergi dan kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga vokasi, dunia industri, dan bahkan negara-negara tujuan adalah kunci. Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal mendorong kolaborasi vokasi, industri, dan pesantren untuk mengatasi pengangguran. Pemerintah juga diharapkan mampu membangun ekosistem perekonomian nasional yang mampu membangkitkan pertumbuhan dunia usaha di Tanah Air. Terakhir, pendidikan vokasi harus dirancang dengan perencanaan yang matang dan berkelanjutan, tidak hanya fokus pada keterampilan semata, tetapi juga memperhatikan aspek perilaku (attitude) dan pengetahuan (knowledge).

Peluang kerja yang terbuka luas di negara-negara seperti Jerman, Turki, dan Jepang, antara lain di bidang pengelasan bawah laut, perhotelan, perawat (caregiver), mekanik, dan sopir, dapat dimanfaatkan oleh lulusan SMK yang kompeten. Dengan implementasi syarat-syarat tersebut secara komprehensif, program SMK Go Global diharapkan benar-benar mampu mengubah paradigma dan menekan angka pengangguran lulusan SMK secara signifikan.