:strip_icc()/kly-media-production/medias/4285091/original/062587400_1673191309-th__3_.jpg)
Kisah Nabi Adam dan Hawa merupakan landasan penting dalam akidah Islam, mengisahkan awal mula penciptaan manusia hingga penyebaran keturunannya di muka bumi. Allah SWT menciptakan Nabi Adam sebagai manusia pertama dan khalifah di bumi, membentuknya dari tanah liat kering. Setelah penciptaan Adam yang sempurna, Allah meniupkan ruh ke dalamnya.
Kemudian, Allah SWT menciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam sebagai pendamping hidupnya. Mereka berdua ditempatkan di surga untuk menikmati segala kenikmatan yang ada. Namun, ada satu larangan yang diberikan oleh Allah, yaitu untuk tidak mendekati atau memakan buah dari sebuah pohon tertentu, yang kemudian dikenal sebagai pohon "khuldi" melalui tipu daya iblis.
Sebelum peristiwa ini, Iblis (yang juga dikenal sebagai Azazil) telah diusir dari surga karena kesombongannya menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Memendam dendam, Iblis bersumpah akan menyesatkan Adam dan keturunannya. Iblis mulai menggoda Adam dan Hawa dengan membisikkan bahwa larangan tersebut bertujuan agar mereka tidak menjadi malaikat atau kekal di surga. Dalam godaannya, Iblis bahkan bersumpah atas nama Allah untuk meyakinkan mereka. Ada riwayat yang menyebutkan Iblis berhasil masuk ke surga melalui mulut ular untuk melancarkan tipu dayanya.
Akhirnya, Adam dan Hawa tergoda dan memakan buah terlarang itu. Seketika, aurat keduanya tersingkap dan mereka merasakan malu, lalu berusaha menutupinya dengan daun-daun surga. Sebagai konsekuensinya, Allah SWT menurunkan mereka ke bumi sebagai bentuk hukuman sekaligus ujian kehidupan.
Setelah diturunkan ke bumi, Nabi Adam dan Hawa terpisah. Nabi Adam diturunkan di beberapa riwayat disebut di Sri Lanka, India, atau Dahna, sementara Hawa di Jeddah atau Arab. Keduanya sangat menyesali perbuatan mereka dan memohon ampun kepada Allah SWT dengan doa yang diabadikan dalam Al-Qur'an, "Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khosirin" (Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, niscaya kami termasuk golongan orang yang merugi). Allah menerima taubat mereka.
Setelah masa penyesalan dan taubat yang panjang, yang beberapa riwayat menyebutkan antara 40 hingga 300 tahun, Allah SWT mempertemukan kembali Nabi Adam dan Hawa di Jabal Rahmah, Arafah. Di bumi, mereka memulai kehidupan baru dan dari rahim Hawa, lahirlah banyak anak kembar, sepasang laki-laki dan perempuan. Di antara anak-anak mereka yang terkenal adalah Qabil dan Iqlima, serta Habil dan Labuda. Setelah kematian Habil, Allah mengaruniakan seorang putra bernama Syith (Set) yang kemudian menjadi penerus kenabian Nabi Adam.
Kisah Nabi Adam dan Hawa ini memberikan pelajaran abadi bagi umat manusia tentang pentingnya ketaatan kepada perintah Allah, konsekuensi dari melanggar larangan-Nya, bahaya godaan iblis, serta keagungan taubat dan rahmat Allah SWT yang selalu terbuka bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh memohon ampunan.