Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Penemuan Rafflesia Hasseltii Kukuhkan Indonesia Sebagai Raja Keanekaragaman Rafflesia Dunia

2025-11-24 | 11:51 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-24T04:51:45Z
Ruang Iklan

Penemuan Rafflesia Hasseltii Kukuhkan Indonesia Sebagai Raja Keanekaragaman Rafflesia Dunia

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan temuan terbaru mengenai bunga langka Rafflesia hasseltii yang mekar sempurna di hutan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat pada November 2025. Penemuan ini bukan hanya menjadi catatan penting dalam dunia botani, tetapi juga memperkuat klaim Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia.

Joko Ridho Witono, peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, mengungkapkan bahwa temuan ini merupakan bagian dari proyek riset internasional bertajuk "The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia". Proyek kolaborasi antara BRIN, Universitas Bengkulu, Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu, dan didukung oleh the University of Oxford Botanic Garden and Arboretum serta Program RIIM Ekspedisi BRIN, bertujuan untuk merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara.

Penemuan Rafflesia hasseltii ini memiliki makna mendalam, mengingat pencarian spesies ini memakan waktu hingga 13 tahun bagi beberapa anggota tim peneliti dan pemandu lapangan. Keberhasilan mendokumentasikan bunga yang mekar ini menegaskan posisi Indonesia yang, sejajar dengan Filipina, memiliki keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia. Hingga saat ini, tercatat ada 16 jenis Rafflesia yang hidup di Indonesia, dan tim BRIN telah berhasil mengumpulkan 13 sampel di antaranya untuk dianalisis DNA-nya. Analisis genetik ini krusial untuk memahami hubungan kekerabatan antarjenis Rafflesia dan memastikan upaya konservasinya di habitat asli.

Rafflesia hasseltii sendiri merupakan spesies yang sangat langka dan berstatus terancam punah (Critical Endangered). Bunga ini dikenal dengan karakteristiknya yang unik, yakni memiliki kelopak berwarna merah tua dengan bintik-bintik putih mencolok. Diameternya dapat mencapai 30 hingga 60 sentimeter. Sebagai tumbuhan holoparasit, Rafflesia hasseltii tidak memiliki akar, batang, maupun daun sejati, melainkan hidup bergantung pada tumbuhan inang dari genus Tetrastigma. Bunga ini mengeluarkan aroma menyengat menyerupai bangkai untuk menarik serangga penyerbuk. Mekarnya bunga Rafflesia adalah peristiwa yang langka, hanya berlangsung beberapa hari setelah siklus pertumbuhan kuncup yang memakan waktu berbulan-bulan.

Penelitian Rafflesia di lapangan menghadapi tantangan besar karena sifatnya sebagai tumbuhan holoparasit dan habitatnya yang seringkali berada di area terpencil. Joko Ridho Witono menekankan pentingnya informasi akurat dari komunitas lokal agar penelitian dapat berjalan efektif. Menariknya, banyak populasi Rafflesia ditemukan di luar kawasan konservasi, bahkan di lahan yang dikelola masyarakat seperti kebun kopi dan sawit. Hal ini menyoroti pentingnya pendekatan konservasi berbasis masyarakat dan edukasi yang memadai untuk menjaga keberadaan bunga ini dari ancaman aktivitas manusia. Sebagai bentuk komitmen dalam pelestarian, BRIN akan menyusun policy paper yang berisi rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional.