Notification

×

Iklan

Iklan

Tagar Terpopuler

Sholawat Wahidiyah: Penawar Gelisah, Kunci Ketenangan Batin Seketika

2025-11-21 | 20:01 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-21T13:01:52Z
Ruang Iklan

Sholawat Wahidiyah: Penawar Gelisah, Kunci Ketenangan Batin Seketika

Sholawat Wahidiyah, sebuah amalan spiritual yang berakar kuat dalam tradisi Islam di Indonesia, terus menarik perhatian sebagai solusi batin bagi kegelisahan hati di tengah dinamika kehidupan modern. Amalan ini bukan sekadar rangkaian doa, melainkan sebuah bimbingan lahiriah (syariat) dan batiniyah (hakikat) untuk mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Cikal bakal Sholawat Wahidiyah dimulai pada awal Juli 1959 di Kediri, Jawa Timur. Saat itu, Hadlrotul Mukarrom Romo KH. Abdoel Madjid Ma'roef, pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo, menerima "alamat ghoib" yang mengarahkannya untuk berjuang memperbaiki mental masyarakat melalui jalur batiniyah. Beliau kemudian memperbanyak mujahadah dan munajat, mengamalkan berbagai sholawat seperti Sholawat Badawiyah, Nariyah, Munjiyat, dan Masisiyah. Pada tahun 1963, KH. Abdoel Madjid Ma'roef menyusun doa sholawat baru dan mengujicobakannya kepada para santri. Hasilnya, para santri melaporkan adanya rasa tentram dan ketenangan dalam hati mereka setelah mengamalkan sholawat tersebut. Rangkaian sholawat ini, termasuk surat Al-Fatihah, kemudian dikenal sebagai Sholawat Wahidiyah. Lembaran Sholawat Wahidiyah yang lengkap dengan petunjuk pengamalannya diperbaharui pada tanggal 2 Mei 1981.

Ajaran Wahidiyah berlandaskan tiga prinsip utama: Lillâh Billâh (segala ibadah karena Allah dan sadar hanya kepada Allah), Lirrasûl Birrasûl (mengikuti sunah Rasulullah SAW dan memohon bimbingan beliau), serta Lilghauts Bilghauts (memohon bimbingan rohani dari Ghouts Hadzaz Zaman). Amalan ini berfungsi untuk menyucikan hati, menumbuhkan cinta sejati kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, serta mendekatkan diri kepada-Nya. Ajaran ini juga sangat menonjolkan nilai-nilai tasawuf, meliputi kesederhanaan, tawadhu', dan peningkatan kesadaran ilahiah.

Pengamalan Sholawat Wahidiyah disebut Mujahadah, yang berarti perjuangan sungguh-sungguh secara batin. Para pengamal dianjurkan untuk melakukannya setiap hari secara rutin, dengan fokus dan kekhusyukan penuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mujahadah ini melibatkan pembacaan rangkaian doa Sholawat Wahidiyah, yang sering diawali dengan bacaan Al-Fatihah, dilanjutkan dengan Sholawat Alloohumma Yaa Waahidu Yaa Ahad dan Sholawat Alloohumma Kamaa Anta Ahluh, serta diakhiri dengan "Istighroq" atau perenungan mendalam. Adab dalam pengamalan juga sangat ditekankan, yaitu hudlur (hadirnya hati), yakin kepada Allah, mahabbah (cinta), dan ta'dhim (penghormatan) kepada Rasulullah.

Keistimewaan Sholawat Wahidiyah terletak pada klaim kemampuannya membawa ketenangan hati secara seketika. Banyak pengamal melaporkan bahwa amalan ini berfungsi sebagai "pendingin hati yang panas". Secara khusus, Sholawat Wahidiyah bertujuan untuk menyembuhkan perasaan bingung, takut, resah, dan pada akhirnya mencapai ketenangan batin yang hakiki. Melalui pengamalan yang konsisten, berbagai gejala kegelisahan jiwa seperti kebosanan, kejenuhan, keresahan, dan ketidakpuasan dapat sirna. Ketenangan jiwa dapat tercapai ketika enam aspek utama terpenuhi, yaitu syukur, ikhlas, sabar, ridho, mahabbah, dan husnudzhan.

Dampak positif Sholawat Wahidiyah tidak hanya terbatas pada ketenangan emosional, tetapi juga diklaim meningkatkan keseimbangan spiritual, emosional, dan intelektual. Efek kedamaian batin dari Sholawat Wahidiyah terbukti mampu meningkatkan fokus, daya ingat, dan kemampuan analisis, seiring dengan tumbuhnya semangat belajar dan berpikir kritis dari kebersihan hati. Amalan ini juga dikaruniai kemampuan menjernihkan hati, menenangkan batin, menentramkan jiwa, serta meningkatkan kesadaran kepada Allah (ma'rifat Billah) dan Rasul-Nya. Bahkan, bagi lanjut usia, pengamalan Sholawat Wahidiyah dapat meningkatkan kualitas hidup dan ketenangan jiwa dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Penyebaran Sholawat Wahidiyah didukung oleh Yayasan Perjuangan Wahidiyah (YPW) dan Pondok Pesantren Kedunglo Kediri, yang didirikan pada tahun 1997 oleh Hadlratul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA untuk menaungi kegiatan para pengamal. Pondok Pesantren Kedunglo ini terus menjadi pusat dakwah dan pengamalan Sholawat Wahidiyah, yang saat ini diasuh oleh K.H. Abdul Madjid Ali Fikri. YPW aktif mengadakan berbagai kegiatan, termasuk ibadah umrah bersama yang diikuti ratusan pengamal dari berbagai daerah. Dengan bimbingan yang komprehensif, Sholawat Wahidiyah terus menawarkan jalan bagi umat untuk menemukan kedamaian dan kejernihan hati di tengah hiruk-pikuk kehidupan.